WHAT'S NEW?
Follow Instagram: @impalaoutdoor

Jangan Minta Maaf dengan Minal Aidin Wal Faizin, Ini Penjelasannya

Hari raya Idul Fitri 1436 H sudah di depan mata. Rakyat Indonesia yang Muslim pun sudah mulai mempersiapkan segala sesuatunya untuk hari raya umat Islam tersebut. Islam sudah masuk ke Indonesia sejak ratusan tahun lalu, lalu berkembang pesat di tanah Nusantara ini. Masuknya budaya baru pada saat itu membuat masyarakat ataupun para ulama, mencapurkan antara tradisi setempat dengan ajaran Islam, agar mudah di pahami oleh rakyat Indonesia. Tak ayal banyak hal yang sebenarnya di Arab sebagai pusat agama Islam tidak dilakukan, di Indonesia banyak dilakukan.


Selain itu kehidupan dan kebiasaan sehari-hari yang terulang setiap tahunnya sehingga menjadi tradisi bagi rakyat Indonesia. Khususnya dalam hal bulan Ramadhan dan juga hari Idul Fitri. Masyarakat kita sudah tidak asing dengan tradisi-tradisi dari mulai bulan sampai akhir bulan suci ini. Diantaranya adalah tradisi munggahan yaitu makan bersama-sama sebelum mulainya bulan puasa. Lalu ada tradisi nyekar yaitu mengunjungi makam-makam orangtua, kerabat, dll lalu menebarkan bunga diatas makam tersebut.


Dalam hal Idul Fitri ini terdapat kebiasaan yang selalu berulang dilakukan oleh rakyat Indonesia. Bahkan sering muncul di iklan-iklan di media massa baik elektronik maupun cetak. Apa tradisi itu? Tradisi itu adalah mengucapkan kalimat dalam bahasa arab yang berbunyi minal aidin wal faizin yang selanjutnya selalu diikuti oleh kalimat mohon maaf lahir dan batin.


Berpuluh-puluh tahun rakyat Indonesia menyebutkan kalimat tersebut, berpuluh-puluh tahun juga media massa, pimpinan pemerintahan dan perusahaan menyebutkan dua kalimat khas Lebaran tersebut. Sehingga banyak yang menganggap bahwa dua kalimat beda bahasa tersebut memiliki artian yang sama yaitu kalimat meminta maaf. Apakah benar?


Di paragraf ini akan dijelaskan secara singkat sejarah kalimat minal aidin wal faizin. Ucapan minal 'aidin wal-faizin ini menurut seorang ulama tidaklah berdasarkan dari generasi para sahabat ataupun para ulama setelahnya (Salaf as-Shaleh). Perkataan ini mulanya berasal dari seorang penyair di masa Al-Andalus, yang bernama Shafiyuddin Al-Huli, ketika dia membawakan syair yang konteksnya mengkisahkan dendang wanita di hari raya.


Ungkapan ini sebenarnya hanya berupa sebuah frase atau bagian dari sebuah kalimat yang lebih panjang. Jadi, bukan kalimat yang lengkap SPO-nya atau subyek/predikat/obyeknya. Secara lengkap, kalimatnya adalah ”Ja alanallahu wa iyyakum minal aidzin wal faizin” yang artinya “semoga Allah menjadikan kami dan anda sebagai orang-orang yang kembali dan beruntung”. Jadi, minal aidin wal faizin sendiri berarti dari orang-orang yang kembali dan beruntung.


Jadi dari segi pengertian, tidak ada kata yang mengartikan permintaan maaf. Hanya sebagai do’a supaya Allah SWT menjadikan orang-orang yang berpuasa mencapai kemenangan dan mendapat keberuntungan. Maka jika boleh menilai salah atau tidak meminta maaf dengan kalimat minal aidin wal faizin, maka tidak tepatlah ucapan tesebut.


Bahkan biarpun berbahasa Arab, ucapan minal 'aidin wal-faizin ini tidak akan dimengerti maknanya oleh orang Arab, dan kalimat ini tidak ada dalam kosa kata kamus bahasa Arab, dan hanya dapat dijumpai makna kata per katanya saja. Tidak ada dasar-dasar yang jelas tentang ucapan ini, baik berupa hadist, atsar, atau lainnya.


Menurut Ibnu Taimiyah, ucapan Idul Fitri yang sesuai dengan sunnah, “Adapun ucapan selamat pada hari raya ‘Id, sebagaimana ucapan sebagian mereka terhadap sebagian lainnya jika bertemu setelah Sholat ‘Id yaitu:


· Taqabbalallahu minna wa minkum, yang artinya: "Semoga Allah menerima amal kami dan kalian" atau


· Taqabbalallahu minna waminkum wa ahalahullahu ‘alaik artinya: "Semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan darimu sekalian dan semoga Allah menyempurnakannya atasmu" dan semisalnya


Dalam Bahasa Arab, ungkapan permintaan maaf biasanya dinyatakan dengan pernyataan “afwan” yang artinya permintaan maaf yang tulus dan ikhlas. Kalau kurang puas dengan kata “afwan” yang dinilai kurang panjang, maka bolehlah ditambah dengan “afwan zahin wal bathin”. Dalam hal maaf ini, perlu kita sadari bahwa ternyata memberi maaf mempunyai nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan meminta maaf itu sendiri.


Meminta maaf memang sebuah hal yang memiliki nilai kebaikan yang tinggi. Bahkan terdapat ungkapan adalah orang yang hebat adalah yang meminta maaf terlebih dahulu, dan orang yang tak kalah hebat adalah orang yang menerima permintaan maaf tersebut, sedang orang yang paling hebat adalah orang yang sudah memaafkan dan melupakan kesalahan sebelum orang itu meminta maaf.


Jadi sebenarnya tidak salah jika seseorang mengucapkan kalimat minal aidin wal faizin tersebut asalkan di akhiri dengan kalimat permohonan maafnya, dan tidak menganggap bahwa kalimat tersebut adalah sebuah permintaan maaf, tapi untuk saling mendoakan agar mendapat kemenangan dan keberuntungan. Yang paling penting adalah untuk selalu bermaaf-maafan tidak hanya ketika momen Idul Fitri, tetapi disetiap saat kita berbuat salah baik terhadap manusia ataupun terhadap Allah SWT.


Sumber: Wikipedia, Islam Pos, dan Berbagai Sumber


















0 comments:

Post a Comment